SuaraSoreang.id - Baru baru ini dunia dibuat geger dengan viralnya Willow Project di US.
Willow Project merupakan suatu project perencanaan yang dimiliki serta akan dieksekusi oleh perusahaan multinasional Conoco Phillips.
Conoco Philips merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi minyak mentah, dan Willow Project merupakan sebuah project pengeboran dan penambangan minyak.
Dilansir dari unggahan video sosial media, seorang tiktoker @aureliiaoye mengungkap bahwa Willow Project merupakan aksi pengeboran minyak secara besar-besaran.
Baca Juga:Lebih Seram dari Covid-19, Ini 5 Wabah Paling Mematikan di Dunia, 500 Juta Orang Meninggal
Namun yang menjadi kontroversi bagi publik bukan soal aksi tambang minyak tersebut, namun tempat yang akan dilakukan pengeboran minyak yaitu di Northwest Alaska.
Dikabarkan pengeboran minyak Willow Project akan dilakukan di Northwest Alaska, yang notabenenya tempat ini merupakan tempat yang masih terjaga kelestariannya.
Dalam unggahan video tersebut, narator menjelaskan bahwa pihak Conoco Philips sudah mengestimasi bahwa minyak yang ada di Alaska melimpah untuk diambil.
Dilihat dari sisi industri, pengeboran minyak ini sangat menguntungkan. Berdasarkan estimasi Willow Project, mereka bisa menghasilkan 180.000 barells oil per hari.
Diperkirakan hasil ini bisa membantu perekonomian US dari segi industri, dan tidak bergantung kepada negara lain untuk mendapatkan minyak.
Setelah penantian yang cukup panjang dari tahun 2018, akhirnya project ini di setujui oleh Presiden US Joe Biden.
Ternyata project ini sangat kontroversial di US karena berlangsung dalam jangka panjang, diperkirakan project ini bisa berlangsung selama 30 tahun.
Persoalan tambang minyak dan pengeboran minyak, dampak dari hal tersebut cenderung buruk untuk ekosistem dan lingkungan sekitar.
"Dampaknya, speed dan uncontroable global warming, yang akan berjalan selama 30 tahun kedepan, dan mereka bilang akan menghasilkan 180.000 barrels minyak per hari, mereka juga sebenarnya akan menghasilkan 239 million matric tons of karbon dioxide. Banyak banget kalau sampai kejadian, atmosphere kita itu bukan rusak lagi dan menipis tapi bolong, gak terlindungi lagi dari sinar matahari, dan pastinya panas banget, ini gak hanya ngomongin global warming dan salju alaska mencair, tapi juga ngomongin soal ekosistem keseluruhan di Alaskan, ga cuma di Alaska tapi diseluruh dunia" ungkap narator.
85 % tanah di Alaska, dibagian bawah tanah ada namanya permafrost, permafrost merupakan bagian tanah yang sudah membeku selama bertahun-tahun dan tertutup karena salju Alaska.
Dikhawatirkan jika terjadi Global Warming dari efek Project Willow yang terjadi begitu cepat, tidak menutup kemungkinan lapisan permafrost akan mencair.
Setelah mencairnya lapisan permafrost ini, dibagian bawah lapisan terdapat banyak hal yang tersembunyi dan bahkan berbahaya terhadap manusia.
Yang paling berbahaya dan mempengaruhi kehidupan manusia adalah virus-virus dan bakteri yang terkubur selama lebih 400.000 tahun.
Ketika lapisan permafrost ini mencair, maka cairan dari lapisan tersebut akan menguap bersaman dengan virus dan bakteri, dan tidak dipungkiri dapat menyebabkan covid 2.0 diseluruh dunia.
"Karena kalo lapisan itu menguap, bisa jadi menyebabkan covid 2.0 karena kita tidak tahu hal ini separah apa, dan semengerikan apa, mereka tersembunyi selama ini ya karena permafrost itu belum mencair" ungkap narator.
Sumber: Tiktok Aureliiaoye