SuaraSoreang.id - Banyak wanita Muslim percaya bahwa begitu menstruasi atau haid dimulai, mereka untuk sementara dibebaskan dari perasaan kerohanian mereka. Beberapa menganggap menstruasi sebagai waktu di mana mereka tidak dapat melakukan salat, berpuasa, atau membaca Alquran.
Wanita muslim sering merasa jauh dari ibadah saat haid datang, karena kurangnya aktivitas spiritual. Tapi sebagai muslim kita tidak pernah dikecualikan dari ibadah. Karena ibadah adalah alasan mengapa manusia diciptakan.
Terkadang kita terjebak dalam aktivitas spiritual dan melupakan tujuan utama ibadah. Allah SWT adalah pusat dari segalanya, dan Allah SWT yang memerintahkan menstruasi untuk wanita.
Haid bukanlah hukuman atau kutukan. Dalam ilmu kedokteran, menstruasi adalah tanda kesehatan yang baik, memiliki metabolisme tubuh yang baik. Haid termasuk sebagai anugerah dan rezeki yang dimiliki oleh wanita.
Sebagai seorang manusia sudah sepatutnya kita patuh terhadap perintah Allah SWT, karena inilah inti dari Ubudiyyah menyembah kepada-Nya.
Wanita saat haid tidak bisa membaca Al-Qur'an, dan perlu menahan diri untuk sementara waktu. Menurut beberapa ahli seperti Ibnu Athaillah, dalam pengembangan perasaan spiritual, ada ‘hambatan’ untuk kebijaksanaan yang diciptakan oleh Allah SWT.
Jika seseorang ‘diblokir’ untuk beribadah pada kegiatan tertentu dan hal itu menimbulkan kecemasan, dimungkinkan untuk menyatukan kembali perasaan dan menata kembali kebiasaan yang sempat terhenti.
Banyak bentuk ibadah yang masih memungkinkan, Allah SWT dalam rahmat-Nya yang tak terukur dan tak terbatas telah menciptakan banyak cara lain untuk mendekati-Nya selain dari sholat dan mengaji.
Kita tidak dibatasi untuk sholat, puasa atau membaca Al-Qur'an. Namun berbuat baik kepada sesama, selalu tersenyum, menyambut tamu dengan baik, menjalankan sunnah-sunnah yang diajarkan, termasuk sedang beribadah di jalan Allah SWT. (*)
Baca Juga:Kevin Sanjaya Sah Melepas Masa Lajangnya bersama Valencia Tanoesoedibjo
Sumber : Website Zakeeya Ali